JAKARTA – Krisis Global, gelombang PHK melanda Perusahaan Internasional dan Nasional. Hal ini imbas dari gejolak perekonomian dunia yang tak menentu sepanjang tahun 2022 ini.

Beberapa perusahaan berskala global, seperti Twitter, Intel, Xiaomi, Netflix, Microsoft, Meta, Unilever, Ford, GAP telah melakukan PHK terhadap sejumlah besar karyawannya. Efisiensi perusahaan, pendapatan yang berkurang, restrukturisasi perusahaan, hingga terjadinya kerugian menjadi alasan dilakukannya PHK massal.

DPD RI Khawatir SK Kementerian LHK 287/2022 Membawa Kepentingan Asing

Sementara di dalam negeri sendiri, beberapa perusahaan juga terpaksa harus melakukan efisiensi besar-besaran yang berujung pada PHK karyawannya. Perusahaan rintisan atau startup paling banyak terdampak akibat gejolak perekonomian global yang tidak menentu. Beberapa diantaranya bahkan sampai harus gulung tikar. Semua merasakan krisis global.

PT Shopee Indonesia, perusahaan e-commerce yang cukup besar terpaksa mem-PHK ratusan karyawannya pada September lalu. Pihak Shopee mengatakan ini adalah langkah terakhir yang harus ditempuh demi keberlanjutan perusahaan, setelah sebelumnya melakukan beberapa perubahan kebijakan bisnis.

Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), sebuah perusahaan jasa telekomunikasi melakukan PHK terhadap lebih dari 300 karyawannya. Pihak Indosat mengatakan 95 persen karyawan yang di PHK menerima keputusan tersebut. Mereka mendapatkan kompensasi rata-rata 37 kali upah, tertinggi mencapai 75 kali upah.

Perusahaan jasa keuangan digital LinkAja mem-PHK sejumlah karyawannya dengan alasan reorganisasi sumber daya manusia (SDM).

LINE, perusahaan layanan jejaring sosial ini juga dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sejumlah karyawannya.

Perusahaan penjual aset digital Tokocrypto, memutuskan PHK terhadap 45 karyawannya sebagai upaya perubahan strategi bisnis yang sejalan dengan pasar kripto dan ekonomi di dunia.

TaniHub, perusahaan startup di bidang pertanian, terpaksa mem-PHK karyawannya akibat ditutupnya operasional gudang di Bandung dan Bali.

Pahamify, sebuah Startup di bidang pendidikan, pada akhir Juni 2022 terpaksa harus membubarkan diri, meskipun sebelumnya telah melakukan langkah PHK massal.

SiCepat, start up layanan pengiriman barang ini dikabarkan telah mem-PHK sekitar 360 karyawannya. Pihak SiCepat mengatakan langkah ini merupakan hasil dari evaluasi kompetensi karyawan.

Zenius, sebuah Startup layanan edukasi melakukan PHK terhadap lebih dari 200 karyawannya. Keputusan ini diambil sebagai upaya adaptasi dengan dinamisnya kondisi yang perekonomian yang terjadi.

Grab juga terpaksa harus mengambil keputusan menutup layanan GrabKitchen di Indonesia pada 19 Desember 2022 nanti. Hal ini berakibat PHK terhadap belasan karyawannya.

Fabelio, Startup penjualan jasa desain interior dan furniture PT Kayu Raya Indonesia resmi dinyatakan pailit, berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober 2022.

Startup fintech Xendit memutus hubungan kerja (PHK) terhadap 5 persen karyawannya di Indonesia dan Filipina. Perusahaan ini memiliki lebih dari 900 karyawan per Agustus 2022.

Lummo, Startup penyedia solusi layanan perangkat lunak business-to-consumer (B2C), dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 100-120 karyawannya..

Mobile Premiere League (MPL), perusahaan start up asal India ini terpaksa harus menutup operasionalnya di Indonesia, yang berujung pada PHK karyawannya.

Perusahaan Startup Beres.id mengumumkan berhenti beroperasi mulai 1 Juli 2022. Beres.id merupakan startup yang bergerak pada bidang jasa pelayanan, mulai dari servis AC, jasa desain interior, dan cleaning service kantor.(SW)