JAKARTA – Puan Maharani perlemah pasangan capres di 2024 biarpun dipasangkan dengan calon siapa pun.

Faktor Puan Maharani yang malah akan menjadi faktor perlemah pasangan harus jadi pertimbangan PDIP bila partai tersebut ingin majukan Puan jadi Capres.

Di berbagai lembaga survei elektabilitas Puan Maharani memang paling rendah, hanya 2%. Sementara calon lainnya mencapai dua digit. Paling tinggi Ganjar Pranowo, kemudian disusul Prabowo dan Anies Baswedan.

Puan Maharani harus bekerja ekstra keras untuk mendongkrak elektabilitas menuju Pilpres 2024. Putri Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri itu bisa malah memperlemah pasangannya jika maju di Pilpres mendatang, termasuk jika berduet dengan Prabowo Subianto.

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Prof Saiful Mujani melalui analisa di kanal YouTube SMRC TV, yang dipantau Katamerdeka.com, Jumat (23/9/2022) menjelaskan, jika dipasangkan sebagai calon wakil presiden dengan calon presiden paling kompetitif sekalipun, Puan cenderung memperlemah pasangannya.

Saiful menyatakan, pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2024 maksimal ada empat, dengan catatan PDIP memajukan calon sendiri tanpa berkoalisi dengan partai lain. Kalau PDIP melakukan koalisi, maka kemungkinan maksimal tiga pasangan.

Menurut dia, sebagai calon wakil yang diharapkan memenangkan pilpres, Puan harus dipasangkan dengan calon presiden yang kompetitif, Prabowo atau Anies.

Bila dipasangkan dengan Anies dalam simulasi empat pasangan, Anies-Puan kalah signifikan oleh Prabowo-Muhaimin Iskandar. Prabowo-Muhaimin mendapatkan 39,3 persen, Anies-Puan 25,6 persen, Andika-AHY 7,5 persen, dan Airlanga-Zulkifli 3 persen.

”Walaupun belum 50 persen plus, tapi Prabowo-Muhaimin memiliki peluang yang lebih besar, dibanding Anies yang berpasangan dengan Puan,” papar Saiful lagi.

Ditambahkannya, kalau tiga pasangan, Prabowo-Muhaimin mendapatkan dukungan 41,7 persen, Anies-Puan 26,5 persen, dan Airlangga-AHY 7,5 persen. Dalam simulasi ini, gap antara Prabowo-Muhaimin dengan Anies-Puan makin jauh

Bila pasangan calonnya hanya dua, dan Puan dipasangkan dengan calon presiden paling kuat setelah Ganjar, yakni Prabowo, melawan pasangan Anies-AHY, maka persaingan sangat ketat.

Artinya, Prabowo mengalami pelemahan dan Anies mengalami penguatan secara sangat signifikan, setelah Puan pindah dari Anies ke Prabowo. Prabowo-Puan 38 persen, Anies-AHY 36,5 persen. Padahal ketika tiga pasangan Prabowo 41,7% dan Anies-Puan hanya 26,5%.

Kalau pasangan ini yang maju, Saiful melihat, peluang Anies cukup terbuka untuk memenangkan Pilpres. Dijelaskan juga, selama ini Prabowo lebih banyak dikenal publik dibanding Anies.

”Jika posisi kedikenalan sama (Puan, Prabowo, Anies, dan AHY), prospek pasangan Anies-AHY lebih bagus dibanding pasangan Prabowo-Puan. Anies-AHY didukung 48,5 persen, sedangkan Prabowo-Puan 35,8 persen. Sisanya menyatakan belum tahu,” imbuh dia.

Saiful menyimpulkan, PDIP sulit memenangkan pilpres, jika Puan menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden.

”Puan Maharani dipasangkan dengan siapa pun, tidak cukup membantu PDIP untuk memastikan partai ini akan kembali memiliki presiden nanti,” tegasnya.

Sementara itu elektabilitas antara Puan dan Ganjar diketahui sangat jomplang . Ganjar kerap berada di posisi tiga teratas bersama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, sedangkan Puan justru masih bertahan di kisaran 2 persen.

Elektabilitas yang jomplang ini pun diamini oleh Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya. Yunarto menilai ada perubahan besar dari segi elektabilitas mulai pertengahan tahun 2021.

Naiknya elektabilitas Ganjar menurut Yunarto justru karena Ganjar tak diundang di berbagai acara Puan Maharani.

“Ini kan menarik. Pertama kali Mas Ganjar naik itu setelah peristiwa, kita ingat, kejadian PDI Perjuangan di Jawa Tengah. Ketika kita tahu ada kejadian Mas Ganjar tidak diundang, bukan yang baru ya,” sambung Yunarto.

Tidak diundangnya Ganjar di forum-forum PDIP sendiri banyak dikaitkan dengan ketidaksetujuan internal partai untuk mengusung sang Gubernur Jawa Tengah di Pemilihan Presiden 2024.

“Sebetulnya Ganjar ‘diuntungkan’, secara tidak langsung, dengan adanya konflik partai ini. Dan memang setelah itu Ganjar dalam survei capres Charta Politika, SMRC, Indikator, berada di peringkat satu,” terang Yunarto.(SW)