JAKARTA – China memiliki perangkap bagi negara berkembang dan miskin. Negara tirai bambu ini berambisi menguasai dunia dengan istilah jalur sutera baru. Istilah ini sebenarnya merujuk pada mimpi China di masa lalu. Kini mimpi itu dilanjutkan dengan program One Belt One Road (OBOR).

OBOR ini merupakan jebakan atau perangkap China untuk mencaplok negara-negara berkembang dan miskin lewat utang luar negeri. China bermurah hati memberi pinjaman untuk pembangunan jalan dan infrastruktur bagi negara miskin dan berkembang.

Jor-joran China memberi utang ini bukan tanpa maksud. Mereka yang terjebak perangkap China kini tak bisa apa-apa selain memberikan aset-aset mereka ke China. Kalau tidak aset potensial seperti bandara dan pelabuhan, bisa juga pulau. Bahkan Indonesia juga pernah punya pengalaman pahit, sayangnya ini tidak jadi pelajaran bagi pemerintahan Jokowi.

Indonesia pernah memiliki pengalaman tak menyenangkan dengan model kerjasama Turnkey Project yang pada akhirnya membuka jalan bagi pekerja kasar China masuk ke Indonesia. Buruh-buruh China masuk ke Indonesia mengisi posisi-posisi yang harusnya di isi buruh Indonesia.
Kebodohan pemerintah pada akhirnya memasukan negara pada perangkap China.

Berikut negara-negara yang masuk perangkap China:

Uganda dikabarkan gagal bayar utang ke China. Mengutip Reuters, Selasa (30/11), utang yang gagal bayar itu senilai US$200 juta atau setara Rp2,8 triliun (kurs Rp14.335 per dolar) ke China.

Akibat gagal bayar Uganda kemungkinan akan kehilangan salah satu bandara internasional karena digunakan untuk melunasi utang. Uganda sendiri telah terjerat utang selama beberapa tahun ke China.

Utang digunakan untuk membangun sejumlah infrastruktur termasuk jalan dan pembangkit listrik. Gagal bayar utang Uganda terhadap China itu pun memantik kritik.

Sejumlah negara barat menyebut China memang sengaja menjebak negara miskin dan berkembang dengan utang sehingga tidak mampu membayar.

Lantas, negara mana saja yang telah jatuh ke ‘perangkap utang’ China?

1. Zimbabwe
Zimbabwe dikabarkan memiliki utang senilai US$4 juta atau setara Rp57,3 miliar. Utang digunakan untuk melawan pemberontakan di negara tetangga, Uganda dan Rwanda.

Presiden Zimbabwe Laurent Kabali menggunakan dana utang itu untuk mengirim pasukan hingga membeli peralatan bersenjata guna memberangus pemberontak.

Namun sayang, akibat utang itu, Zimbabwe harus mengikuti perjanjian China untuk menerima yuan sebagai mata uang di Zimbabwe pada Januari 2016. Ini merupakan konsekuensi atas gagal bayar utang Zimbabwe kepada China.

Diketahui, Zimbabwe memiliki 9 mata uang sebagai alat perdagangan yang sah yakni dolar AS, dolar Australia, rand Afrika Selatan, pula Botswana, euro Eropa, poundsterling Inggris, yen Jepang, yuan China, dan rupee India.

2. Sri Lanka
Mengutip CNN.com, Sri Lanka harus kehilangan dua infrastruktur kebanggannya yakni bandara dan pelabuhan karena harus menyerahkannya ke tangan China.

Nasib nahas itu terjadi pada 2017. SriLanka harus melepas pelabuhannya kepada China karena tidak mampu membayar utang ke China. Sebagai pengingat, China memang menggelontorkan utang US$1,5 miliar ke Sri Lanka pada 2010 lalu untuk membangun Pelabuhan Hambantota.

Pada tahun yang sama, China menggelontorkan dana sebesar US$200 juta untuk pembangunan bandara internasional kedua di negeri tersebut. Setelah gagal bayar, akhirnya Sri Lanka harus menyerahkan pelabuhan tersebut dengan kontrak untuk melayani perusahaan China selama 99 tahun.

Selain jerat utang itu, China juga masih memiliki piutang ke Sri Lanka sebesar US$272 juta. Piutang digunakan untuk pembangunan jalur kereta api pada 2013. China juga memiliki piutang lebih dari US$1 miliar untuk pembangunan Colombo Port City project.

3. Nigeria
Nigeria, negara di Teluk Guinea, memiliki sejumlah utang kepada China. Utang dihimpun untuk pembangunan infrastruktur. Utang tersebut dikabarkan membelenggu Nigeria.

Pasalnya, pemerintah China mensyaratkan pembangunan infrastruktur di negeri tersebut harus menggunakan bahan baku dan buruh kasar asal China.

Padahal, Nigeria merupakan negara produsen minyak bumi terbesar di benua Afrika. Energi fosil tersebut bahkan memberikan 60 persen pemasukan kepada negara dan menopang 90 persen pertukaran mata uang asing di negara tersebut.

“Kami memiliki cadangan gas dan minyak yang sangat besar di Nigeria,” kata KPMG Partner Nigeria di Lagos Adewale Ajayi.

4. Uganda
China dikabarkan telah mengakuisisi kepemilikan Bandara Internasional Entebbe di Uganda. Perjanjian utang Uganda sendiri tidak pernah diumumkan kepada publik, sehingga sulit untuk diketahui.

Walau begitu, pejabat hukum Joel Ssenyonyi sebagai komite penyelidikan parlemen Uganda mengatakan utang tersebut memberikan hak kepada Exim bank, bank pemberi pinjaman, untuk mengatur anggaran tahunan bandara tersebut.(SW)