www.katamerdeka.com – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menyatakan bahwa Sistem Informasi Pengelolaan Batubara (Simbara) telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara sejak diluncurkan pada tahun 2022. Sistem ini telah menambah pendapatan negara sebesar Rp 7,1 triliun.

Dalam acara Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Simbara di Gedung Kemenkeu, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata, menyatakan, “Simbara secara khusus kami laporkan telah memberikan capaian langsung dan signifikan untuk penerimaan negara.”

Isa merinci bahwa tambahan pendapatan tersebut berasal dari beberapa sumber, yakni keberhasilan pencegahan praktik tambang ilegal (illegal mining) yang menyumbang Rp 3,47 triliun, tambahan penerimaan dari data analitik dan profil risiko pelaku usaha sebesar Rp 2,53 triliun, serta penyelesaian piutang pengusaha dari penerapan Automatic Blocking System (ABS) sebesar Rp 1,1 triliun.

“Hingga saat ini, Simbara telah berhasil menyelaraskan 10 sistem independen yang tadinya tersebar di 6 kementerian dan lembaga, memberikan beberapa dampak positif,” tambah Isa.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, turut hadir dalam acara tersebut dan menekankan bahwa tambahan setoran negara ini merupakan bukti keberhasilan pemerintah dalam menegakkan hukum melalui integrasi sistem kementerian dan lembaga terkait yang meminimalisir celah penerimaan negara.

“Kewibawaan negara menjadi ditegakkan. Perusahaan tidak bisa lagi memilih kementerian yang bisa dilobi,” ujar Sri Mulyani.

Perluasan Implementasi ke Nikel dan Timah

Melihat keberhasilan ini, pemerintah memutuskan untuk memperluas implementasi Simbara untuk kegiatan penambangan nikel dan timah. Isa menjelaskan, perluasan ini dilakukan dengan mempertimbangkan besarnya produksi dan cadangan nikel serta timah di Indonesia.

Pada tahun 2023, volume produksi nikel mencapai 1,8 juta metrik ton, menjadikan Indonesia sebagai produsen utama dunia dengan kontribusi 50 persen dari total produksi global. Sementara itu, produksi timah Indonesia mencapai 78.000 ton, menempati posisi kedua dengan kontribusi 22 persen dari total produksi global.

“Melanjutkan keberhasilan Simbara untuk komoditas batubara, hari ini kita akan memulai memperluas Simbara untuk komoditas nikel dan timah yang perannya semakin strategis dalam mendukung perekonomian nasional,” pungkas Isa.

Pemerintah berharap perluasan ini dapat terus meningkatkan penerimaan negara serta memastikan pengelolaan sumber daya alam yang lebih transparan dan akuntabel.