Melihat kondisi Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini yang begitu marak terjadi perpecahan baik dari suku maupun organisasi kemasyarakatan dalam hal ini sangat ramai jadi perbincangan masyarakat Sultra karena adanya ketimpangan sosial, mafia pertambangan oleh antek-antek asing, serta mengorbankan para pengusaha lokal yang mencari nafkah demi kelangsungan hidupnya sehari-hari. Hal ini disampaikan langsung oleh Prima Setya Abdi Negara selaku Pimpinan Redaksi katamerdeka.com.

“kita ketahui bersama bahwa Sultra memiliki sumber daya alam yang begitu besar dan kualitas sumber daya manusia yang berkompeten. akan tetapi, pemerintah setempat serasa acuh tak acuh dengan kondisi yang di alami masyarakat Sultra saat ini. Mereka hanya sibuk mengurusi diri sendiri dan menjadikan politik sebagai alat bisnis serta kendaraan kekuasaan mereka padahal kita ketahui pemuda-pemudi yang dimiliki Sultra adalah aset bagi bangsa dan negara, jangan di amputasi idealisme merekaā€¯ katanya.

Lebih lanjut Prima menjelaskan bahwa melihat banyaknya masalah yang terjadi seperti penghinaan atas salah satu suku yang sudah berulang kali terjadi dan bahkan pernah terjadi pertikaian antar suku di Sultra yang begitu panas sampai ada korban jiwa. ini disebabkan oleh ketimpangan yang terjadi baik di struktural instansi maupun secara menyeluruh serta maraknya pertambangan Sultra yang lebih memprioritaskan kelompok asing ketimbang para pengusaha penambang lokal.

“Inilah menjadi tugas penting bagi pemerintah yang harus jeli melihat kondisi tersebut, jangan sampai ini menjadi bom waktu untuk Sultra ke depan. Dan apakah ini bagian dari pada strategi agar perpecahan itu terjadi dan juga untuk salah satu kelompok tertentu saja demi merebut Sultra atau sebagai alat untuk memperlancar mata pencaharian dollar para mafia asing yang dipelihara tersebut” lanjutnya.

Olehnya itu, lanjut Prima, Sultra memiliki sumber daya manusia yang berdaya saing namun pemerintah hanya terdiam yang hanya lebih mengedepankan tenaga pekerja dari luar, banyak para sarjana yang saat ini masih menganggur ada juga yang telah mendapatkan kerja namun tingkat kualitas pendidikan mereka dapat melebihi pekerjaan mereka saat ini.

“Sekali lagi saya sampaikan apabila terus menerus ini dibiarkan oleh pemerintah setempat maka akan terjadi konflik yang begitu besar lagi, kemudian pemerintah juga mestinya memberikan kesempatan pekerjaan yang layak bagi lulusan sarjana untuk meningkatkan sumber daya manusia unggul serta juga perlu menjadi perhatian khusus pengusaha lokal harusnya diberikan kesempatan untuk berkontribusi terhadap daerah mereka sendiri, jangan terus menerus antek-antek asing ini yang menjadi prioritas” tutupnya.