www.katamerdeka.com – Sebelum menjadi lambang negara Indonesia, Garuda sudah dikenal sebagai sosok penting dalam epos Ramayana. Dalam mitologi Hindu, Garuda adalah wahana atau kendaraan Dewa Wisnu, dewa pemelihara alam semesta. Nama Garuda sendiri berasal dari bahasa Sanskerta dan sering kali dilukiskan sebagai makhluk dengan tubuh setengah manusia dan setengah burung elang memiliki kepala, sayap, ekor, dan moncong burung, namun dengan tubuh, tangan, dan kaki manusia.

Sejarah Garuda sebagai simbol kekuasaan dapat ditelusuri hingga abad ke-11 Masehi, di mana Garuda digunakan sebagai lambang kerajaan Airlangga. Sejarawan Rushdy Hoesein menjelaskan bahwa konsep Garuda sebagai lambang negara Indonesia berasal dari kisah Airlangga dan Dewa Wisnu yang menaikinya. Gambar Garuda juga ditemukan di banyak candi kuno di Indonesia.

Meski Garuda tidak pernah ada dalam dunia nyata, simbolnya tetap kuat dalam mitologi dan budaya. Garuda dianggap sebagai makhluk mitologis dan bukan spesies yang pernah ada. Namun, desain awal Garuda Pancasila yang kita kenal saat ini berasal dari Sultan Hamid II, yang kemudian disempurnakan dengan saran Presiden Soekarno untuk menambahkan jambul dan pita di cengkeramannya.

Identifikasi dengan Elang Jawa

Meskipun merupakan makhluk mitologis, Garuda sering diidentikkan dengan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi Stresemann). Elang Jawa memiliki kemiripan fisik dengan Garuda, terutama karena jambul di kepalanya. Jambul Elang Jawa berwarna hitam dengan ujung putih, yang panjangnya bisa mencapai 12 sentimeter. Kesamaan ini membuat banyak orang menganggap bahwa ide desain Garuda Pancasila diambil dari burung ini.

Elang Jawa merupakan burung endemik di Pulau Jawa dan berstatus satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Elang ini juga telah dinobatkan sebagai Satwa Langka Nasional oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden No. 4/1993.

Menurut IUCN Redlist, Elang Jawa termasuk dalam kategori satwa terancam punah. Saat ini, jumlah populasi Elang Jawa diperkirakan sekitar 700 ekor, dengan sekitar 300 pasang tersebar di habitat aslinya di Pulau Jawa.

Simbol Keharmonisan Alam dan Manusia

Sebagai top predator, keberadaan Elang Jawa menjadi indikator penting dari kesehatan ekosistem hutan di Indonesia. Keberhasilan pelestarian Elang Jawa, seperti yang dilaporkan pada 2020 dengan penemuan tambahan individu di Taman Nasional Gunung Ciremai, menjadi bukti pentingnya menjaga keseimbangan alam. Hubungan antara Garuda, Elang Jawa, dan lingkungan menekankan nilai-nilai kearifan lokal yang melihat kesejahteraan alam sebagai cermin kesejahteraan manusia.

Garuda bukan hanya lambang negara Indonesia, melainkan juga cerminan dari sejarah panjang, mitologi, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.