JAKARTA – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), bertemu dengan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo. JK menyebut pertemuan dengan Ganjar bagian dari tindak lanjut soal cerita dirinya tentang kepemimpinan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

“Ya tentu itu bagian dari pada itu, bahwa saya sangat menghargai Ibu Mega sebagai seorang pemimpin, ibu yang baik dan sangat demokratis,” kata JK di kediamannya, Jalan Brawijaya Raya, Jakarta Selatan, Minggu (19/11/2023).

JK menilai Megawati sebagai pemimpin yang paling demokratis karena mengalami sendiri. Dia juga tahu betul kondisi Indonesia saat dipimpin oleh Megawati.

“Itu saya alami, saya tahu betul, bukan dari luar. Jadi ya jika netral maka saya mengharapkan juga tentu Pak Ganjar ini juga seperti itu,” ucapnya.

JK pun bicara janji para capres-cawapres untuk bersikap demokratis. Menurutnya, jika ada kandidat capres-cawapres tidak demokratis, maka akan merusak Indonesia ke depan.

“Kita berjanji seperti itu, jadi kalau ada satu kontestan tidak berjanji tidak demokratis, maka pasti merusak bangsa ke depan,” imbuhnya.

Sebelumnya, JK berbicara tentang kepemimpinan di Indonesia. JK memberikan pandangannya tentang apa yang terjadi di era kepemimpinan Presiden Soeharto hingga Presiden Jokowi.

“Kepemimpinan kita, seperti dikatakan tadi, bukannya diatur karena 2 hal yang terjadi, politik dan ekonomi, secara bersamaan. Soeharto jatuh karena 2 hal terjadi secara bersamaan,” kata JK dalam acara Habibie Democracy Forum di Jakarta, Rabu (15/11).

“Habibie, Pak Habibie hanya satu setengah tahun karena demokrasi itu sendiri. Gus Dur jatuh karena tidak menghargai demokrasi, bikin dekrit, mau bubarkan DPR dan Golkar, jatuh juga,” tutur dia.

Menurut JK, era kepemimpinan Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri, adalah yang paling demokratis. JK menyebutkan Megawati tidak menggunakan kekuasaannya untuk berkuasa kembali.

“Ibu Mega, sebenernya dari semuanya yang paling demokratis karena pada saat dia berkuasa, dia tidak memakai kekuasaan untuk berkuasa tahun 2004 sehingga saya dan Pak SBY mengalahkan Ibu Mega,” tutur JK.

Pada Pemilu 2004, JK diketahui maju sebagai kandidat wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY-JK kemudian memenangkan pemilu pada tahun itu dan mengalahkan Megawati-Hasyim Muzadi dan 3 paslon lainnya.

“Sekiranya dia memakai kekuasaan (Mega), pasti kita kalah, tapi dia tidak. Saya menteri waktu itu sebelumnya, dan dia hargai saya untuk melawan dia karena dia memegang teguh prinsip-prinsip itu,” tutur dia.

JK berharap Jokowi bisa berlaku adil dan demokratis seperti saat Megawati Presiden di 2004. Menurut JK, kalau Megawati kala itu memanfaatkan instrumen negara dan berlaku tidak adil, bisa jadi dia dan SBY kalah.

Kemudian, JK menyinggung kepemimpinan Presiden RI ke-6, SBY. Dia mengatakan, pada era SBY, demokrasi menjaga demokrasi. Namun JK juga memberikan catatan pada Pemilu 2009.

JK selanjutnya menyinggung kepemimpinan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Pada era kepemimpinan Jokowi pada periode pertama tahun 2014-2019, menurut pandangan JK bagus.

“Sekarang, Pak Jokowi bagus, pertamanya, bukan karena saya ada di situ. Bukan karena saya di situ. Saya tahu betul di dalam, tapi setelah 10 tahun, seperti dikatakan, dan itu benar konstitusi, 10 tahun saja memimpin, jangan lebih. Begitu lebih, akan bermasalah. Sesuai dengan historisme,” katanya.

Oleh karena itu, JK mengajak untuk menjaga demokrasi agar berhasil. Dia menyebutkan demokrasi adalah alat untuk menuju kemakmuran.(SW)