JAKARTA – Pembunuhan mutilasi di Papua gegara jual beli senjata api. Bahaya sekali jika aparat TNI terlibat jual beli senjata api. Apalagi di Papua yang masih gencarnya sparatis Papua.

Penyelidikan terhadap kasus mutilasi oleh oknum TNI terhadap warga di Papua memang masih terus berjalan. Adanya fakta baru berupa jual beli senjata api semakin menampar wajah TNI kita. Terlebih dijualnya ke pihak musuh dalam hal ini Kelompok Kekerasan Bersenjata (KKB).

Oknum TNI yang melakukan jual beli senjata di tengah konflik ini benar-benar tak tahu malu. Apalagi bila sampai membunuh dan
memutilasi korban, sungguh perbuatan biadab.

Fakta dugaan transaksi senpi itu awalnya disampaikan oleh Komnas HAM. Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menilai dugaan adanya indikasi jual beli senjata perlu didalami.

“Yang juga paling penting di luar konteks ini (mutilasi warga) ya kalau itu memang benar misalnya ada pemberitaan terkait membawa duit katanya juga untuk jual beli senjata, isu ini isu signifikan,” kata Anam, kepada wartawan, Rabu (31/8).

“Jadi ya kami memang berharap disamping kasus ini bisa terang benderang dan sebagainya, kalau memang ada soal-soal jual beli senjata dan sebagainya, kami minta itu juga diprioritaskan,” tambahnya.

Pihak TNI AD pun merespons kabar tersebut. Danpuspomad Letjen Chandra Sukotjo memastikan pihaknya akan mendalami hal tersebut.

Kabar adanya transaksi senjata api itu juga dikonfirmasi oleh pihak kepolisian. Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra membeberkan pembunuhan sadis ini memang bermula dari adanya transaksi senpi.

“Memang para pelaku ini kan dia membuat skenario untuk melakukan transaksi senjata api dengan para korban,” ujar Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra, dilansir detikSulsel, Minggu (4/9/2022).

Dia menjelaskan pembunuhan sadis ini bermula saat pelaku dan korban, yakni Arnold Lokbere, Irian Nirigi, Leman Nirigi, dan satu korban yang belum diketahui identitasnya, sepakat bertransaksi senjata api. Kelompok pelaku dan korban kemudian bertemu di sebuah tanah kosong di Jalan Budi Utomo, Mimika, Papua, Senin (22/8).

“Pada saat di TKP saat transaksi yang mereka sepakati, akhirnya korban ini melakukan penganiayaan,” kata Putra.

Nah lantas pelaku yang dianiaya korban bersama teman-temannya membunuh keempat korban dan dimutilasi.

Presiden Jokowi menaruh perhatian terhadap kasus mutilasi ini. Menurutnya, ini berpengaruh kepada kepercayaan publik ke TNI.

“Sehingga sekali lagi proses hukum harus berjalan sehingga kepercayaan masyarakat kepada TNI tidak pudar,” kata Jokowi, beberapa waktu lalu.

Sementara itu ternyata tak hanya 6 tersangka pelaku mutilasi. Ada 9 tersangka sesungguhnya, 6 orang TNI dan ,3 orang sipil.

Tiga warga sipil turut menjadi tersangka kasus mutilasi di Kabupaten Mimika, Papua. Ketiganya disebut terlibat dari perencanaan hingga proses mutilasi korban.

“Itu 9 tersangka, masyarakatnya 3 dan oknum TNI-nya ada 6 tersangka,” ujar Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra dikutip detikSulsel, Minggu (4/9/2022).

Putra mengatakan ketiga tersangka dari kalangan warga sipil terlibat penuh dalam kasus pembunuhan dan proses mutilasi korban.(SW)