DENPASAR – Calon presiden (capres) PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo mengungkapkan sejumlah warga tak mau menyambut Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kunjungan kerja di Desa Batubulan, Gianyar, Bali, Selasa (31/10/2023). Ini merupakan imbas pencopotan baliho Ganjar-Mahfud.

Ganjar merasa peristiwa itu sangat luar biasa, meski sebenarnya ia mengaku tidak terlalu peduli karena merupakan urusan PDIP Bali.

“Tapi suara yang membuat haru saya satu saja. Beberapa rumah, maksudnya warganya mengunci diri tidak mau keluar rumah, ada apa bahkan saya dengar diminta untuk keluar rumah nggak mau,” ungkap Ganjar saat diskusi santai di kantor DPD PDIP Bali di Denpasar, Kamis (2/11/2023).

Ganjar mengaku tidak mengetahui alasan warga sekitar tidak banyak keluar saat Jokowi datang. Padahal, biasanya, banyak warga antusias. Meski hanya sekadar melihat atau menyapa Jokowi.

“Tapi itulah kita coba tetap jaga kondisi agar semua menjadi kondusif tapi saya yakin kita tidak akan pernah digeser,” imbuh Ganjar.

Apa yang diungkapkan Ganjar juga diamini kader senior PDIP Bali, I Nyoman Parta. Dia mengaku ikut bertanya-tanya kenapa saat presiden datang, warga malah tidak ingin keluar.

“Saat Pak Jokowi datang, masyarakat di sana bukan menutup pintu, masyarakat di sana tidak keluar. Apa yang menyebabkan mereka tidak keluar? Apa yang menyebabkan tidak menyambut presiden? Saya tidak tahu,” tanya anggota DPR RI dapil Bali itu.

Sebelumnya diberitakan, baliho Ganjar dan Mahfud yang terpajang di sekitar lokasi kunker Presiden Jokowi di Balai Desa Batubulan dicopot. Bendera PDIP yang berkibar di sana juga diturunkan.

Pantauan di sana, baliho Ganjar-Mahfud dan atribut PDIP dicopot Satpol PP sekitar pukul 10.30 Wita menjelang kedatangan Jokowi.

Sementara salah seorang kader PDI Perjuangan di Bali menanyakan soal sikap Joko Widodo (Jokowi) terhadap PDIP kepada Ganjar Pranowo.

Kader PDIP asal Desa Bongan, Kabupaten Tabanan, bernama Komang Suparman itu juga meminta Ganjar agar tegak lurus saat menjadi presiden. Hal itu diungkapkan Suparman saat sesi tanya jawab Ngobrol Santai Ganjar Pranowo dengan seluruh kader PDI Perjuangan se-Bali di kantor DPD PDIP Bali, Kamis (2/11/2023).

Suparman menilai, sikap Jokowi dalam perpolitikan yang terjadi saat ini sangat tidak berperasaan. Padahal, ia mengaku saat berjuang memenangkan Jokowi, seluruh kader PDIP mendukung sampai berdarah-darah.

“Dengan sikap begitu tanpa ada perasaan dia membentuk dinasti dan melupakan begitu saja perjuangan PDIP,” ujarnya.

Ganjar pun merespons terkait hal tersebut. Ia bercerita saat dulu sering diklat kaderisasi di Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Bali. Menurutnya, kader adalah yang telah mengikuti kaderisasi mulai dari pratama, madya dan utama.

“Ini lah kaderisasi, kalau nggak pernah diberikan kaderisasi orang masuk partai masuk PDIP, tiba-tiba itu belum kader, itu anggota,” jawab Ganjar.

Artinya, lanjut Ganjar, itu merupakan proses yang akhirnya bisa memahami dan mencintai. Menurutnya, hal itu tidak gampang, tetapi kalau sudah jadi kader harus siap.

“Sejak PDIP, jadi saya mengerti ini bagaimana berproses. Ya ada kecewanya nggak? Ada. Tapi kan kita bisa memilah dan memilih,” tutur mantan Gubernur Jawa Tengah itu.

Kemudian, dia menyontohkan saat Wayan Koster marah-marah ke anggota PDIP Bali. Ia menyebut bahwa itu aturan partai.

“Pasti ada yang nggak suka sama dia (Koster). Itulah kekecewaan tapi bukan berarti harus kemudian kita minggat (keluar dari partai) to?,” beber Ganjar.(SW)